Kenalkan Anak tentang Pelecehan Seksual Mulai Usia 7 Tahun - BERITA KITA

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Jumat, 22 Februari 2013

Kenalkan Anak tentang Pelecehan Seksual Mulai Usia 7 Tahun


 
Elly Risman (Foto: www.kitadanbuahhati.com)

Nograhany Widhi K - detikNews
Jakarta - Pemerkosaan inses kepada anak perempuan yang dilakukan ayah dan saudara kandung sendiri makin mengkhawatirkan. Untuk itu, orang tua harus membekali anaknya supaya bisa menjaga diri. Usia 7 tahun dianggap ideal untuk mulai memperkenalkan anak tentang pelecehan seksual itu.

"Anak yang berusia di atas 7 tahun harus diperkenalkan tentang pelecehan seksual, kekerasan seksual, dan perkosaan dengan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan usia mereka. Ortu tidak bisa lagi merasa tabu dan saru sehingga tidak menyampaikan yang benar untuk melindungi anaknya," ujar psikolog yang juga Executive Director Yayasan Kita & Buah Hati, Elly Risman.

Elly Risman, yang sedang menjalankan ibadah umroh di Arab Saudi, menyempatkan diri untuk melayani wawancara detikcom via pesan singkat, Kamis (21/2/2013). Berikut wawancara lengkapnya:

Fenonema ayah yang memperkosa anak kandung sendiri makin marak. Arsip detikcom mencatat ada 7 kasus setahun ke belakang, di Indonesia saja. Ini gejala apa?

Betul, peningkatan luar biasa. Itu yang kita tahu dari media. Saya pikir kenyataan yang ada di lapangan jauh lebih besar. Apalagi inses ini kan aib keluarga, jadi berusaha dirahasiakan.

Ini menunjukkan gejala betapa sakitnya sudah masyarakat kita. Yang paling menyedihkan adalah ada anak Indonesia yang sampai meninggal karena antara lain diperkosa ayahnya. Kita bereaksi sebentar saham kemudian berita-berita inses selanjutnya kita terima 'sebagai berita'.

Apa saja faktor pemicu terjadinya pemerkosaan inses ini?

Ada beberap faktor yang mungkin jadi penyebab:

1. Yang jelas adalah kurangnya pengetahuan, penghayatan dan pengamalan kehidupan beragama. Faktor keimanan ini sangat penting. Karena kelemahan dalam hal ini merupakan peluang besar bagi setan untuk masuk dan menggoda.
2. Banyaknya waktu luang
3. Pengaruh media/tontonan atau bacaan termasuk berita
4. Kemungkinan mengalami kerusakan otak karena melihat pornografi.

Dari beberapa kasus pemerkosaan inses yang dimiliki detikcom, rata-rata ayah yang juga pelaku adalah orang tak mampu atau pengangguran, apa ada korelasinya antara kemiskinan dan tindak kriminal ini?

Saya pribadi kurang setuju kalau faktor ekonomi selalu dijadikan alasan utama seperti karena mereka miskin.

Sudah 68 tahun kita merdeka masa kita tidak mampu melihat faktor-faktor lain yang signifikan kecuali ekonomi. Sayangnya sudah begini banyak kasus inses terjadi, saya belum lagi mendengar ada penelitian terhadap kasus-kasus ini untuk mengetahui dari pelaku dan korban tentang motif apa yang menjadi alasan perbuatan jahanam ini.

Sementara faktor kerusakan otak karena pornografi secara luas termasuk oleh penyidik untuk menjadikannya sebagai faktor yang disidik pelaku.

Saya tidak tahu tentang korelasi antara perlakuan inses dengan kemiskinan karena seharusnya dilakukan penelitian terlebih dahulu. Tapi seperti yang saya jelaskan cukuplah yah, sudah melihat kausalitas berbagai masalah kemasyarakatan dikaitkan dengan ekonomi. Sehingga bukan saja menutup kemungkinan kita melihat ada aspek lain yang berkembang, juga membuat kita cenderung mempermudah masalah karena kita bisa mengatakan: oh karena mereka miskin.

Kita jadi tidak waspada bahwa narkoba dan pornografi mampu merusak otak dan membuat orang melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat keji. Lepas kelas sosial ekonomi dan pendidikan.

Ibu mengatakan ada peningkatan kasus ini di tiap provinsi. Bisa dijelaskan?

Tentang peningkatan kasus inses kami tidak punya, karena kalau dikatakan meningkat harus ada data pembanding tahun sebelumnya. Yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati adalah analisa isi dari berita yang ada di internet, berikut datanya:

Aceh (2000-2010): 6
Medan: 11
Bengkulu (2010-2012): 35
Jakarta: 18
Jawa Barat: 11
Yogyakarta: 6
Jawa Timur: 1
NTB (2012): 5
Kalimantan Selatan: 1
Gorontalo: 1
Papua: 1

Bagaimana orang tua mencegah dan mewaspadai pemerkosaan inses agar tak terjadi pada keluarganya?

1. Co atau dual parenting: kedua orang tua harus terjun dan terlibat penuh mengasuh anak mereka, bertanggung jawab kepada Tuhan untuk titipannya itu. Jangan mudah mensubkontrakkan mereka ke tangan orang lain: baby sitter, pengasuh, anggota keluarga atau tempat penitipan anak

2. Menyadari tantangan zaman menjadi semakin gila: orang-orang yang rusak otaknya karena narkoba, pornografi dan penyakit masyarakat lainnya akan mudah melakukan kekerasan seksual dan perkosaan pada anak-anak. Umumnya dilakukan oleh orang: dekat dan dikenal dengan 2 cara: dibujuk atau diancam.

3. Ini beberapa hal yang enak diomongin tapi nggak enak dikerjain yang harus dipersiapkan ortu bagi anaknya:
a. Pengetahuan agama dan praktiknya, termasuk berdoa untuk dapat perlindungannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Komunikasi yang dekat dan hangat sehingga bisa menunjukkan dan menjelaskan kepada anak di atas 4 tahun bahwa:
-Dia sangat berharga. Maka selain orang tua dia harus menjaga dirinya sendiri, tidak boleh disentuh sembarangan kecuali sebutkan siapa dalam keluarga: mama, ayah, nenek, mbak dan dokter.
-Jelaskan tentang bedanya orang asing, kenalan, teman, sahabat, kerabat dan muhrim (bagi yang muslim).
-Jelaskan tentang 3 jenis sentuhan: Sentuhan yang baik yaitu, yang menyenyuh bagian tubuh dari kepala ke atas dan lutut ke bawah. Sentuhan membingungkan yaitu, yang menyentuh bagian tubuh dari bawah bahu sampai di atas lutut. Sentuhan yang buruk yaitu, yang menyentuh bagian tubuh yang ditutup oleh pakaian renang.

Semua ini harus dipraktikkan berulang-ulang supaya anak paham. Mereka juga harus diajarkan bagaimana bereaksi terhadap sentuhan membingungkan dan yang buruk dengan role play. Berikut kata-kata yang harus mereka ucapkan.

Anak yang berusia di atas 7 tahun harus diperkenalkan tentang pelecehan seksual, kekerasan seksual, dan perkosaan dengan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan usia mereka. Ortu tidak bisa lagi merasa tabu dan saru sehingga tidak menyampaikan yang benar untuk melindungi anaknya. Anak harus diajarkan, mereka boleh berbohong, berteriak dan jangan pernah takut melaporkan pada orang tua atau orang dewasa lain dalam keluarga.

Bisa saja terjadi karena pengaruh setan atau penyakit di otak, orang-orang terdekat yang tidak pantas tapi dapat melakukan hal-hal yang keji. Jangan takut dengan ancaman dan hadiah yang dijanjikan. Jelaskan betapa masa depan anak akan terganggu. Gunakan banyak kalimat bertanya untuk melatih anak berpikir kritis.

Dampak bagi anak yang menjadi korban pemerkosaan inses seperti apa?

Tentang dampak bagi anak, tidak usah sampai anak itu dewasa. Selama mereka anak-anakpun dampaknya sudah sangat menyakitkan. Hal ini terutama disebabkan anak tidak bisa memahami apa yang sudah terjadi dan mengapa itu bisa terjadi.

Mereka umumnya merasa sangat ketakutan, kesakitan, membenci ayahnya dan bisa saja orang dewasa di sekitarnya. Merasa jijik pada diri sendiri karena risau dan bingung, kecewa, marah, dendam, maka yang tampil adalah: perilaku yang tidak mudah dipahami, menarik diri, melawan, kasar, ketakutan, impulsif, gangguan tidur dan makan, dan jelas prestasi akademis terganggu.

Tanda-tanda fisik: sulit duduk maupun berjalan, kelaminnya gatal atau sakit, daerah vagina atau duburnya lecet dan berdarah, menderita penyakit seksual, hamil.

Bila gangguan psikologis akibat dan kekerasan seksual atau trauma post sexual abuse tidak segera ditangani, maka semakin anak besar, ia akan menunjukkan: harga diri yang rendah, merasa berdosa, marah, menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain dan makan tidak teratur.

Beberapa ahli mengatakan bahwa perkawinan untuk korban inses bukan jalan keluar. Korban-korban yang tidak mendapat penanganan yang baik bisa menjadi: korban kekerasan seksual berkelanjutan, bisa juga menjadi pelaku sebagai balas dendam.

Bagaimana menyembuhkan anak yang sudah menjadi korban pemerkosaan inses ini?

Semua korban inses harus melalui terapi terpadu: fisik, psikologis dan religius. Untuk anak-anak terapi bermain dan psikodrama. Sedangkan sebagai orang dewasa membutuhkan berbagai teknik psikoterapi dan terapi religius serta forgiveness therapy.

(nwk/nrl)

Post Bottom Ad

Pages